Sabtu, 19 Desember 2015

Pengertian Kamus Elektronik



KAMUS ELEKTRONIK










Kamus menurut Ahmad Abdul Ghafur Atthar adalah sebuah buku yang memuat sejumlah besar kosakata yang disertai penjelasannya dan interpretasi makna dari kosakata tersebut yang semua isinya disusun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan hijaiyah (alfabetis) atau tematik (berdasarkan makna).
Dari definisi di atas, diketahui, pertama, bahwa kamus dimaknai “buku” sehingga kamus identik dengan buku versi cetak (media konvensional). Kedua, dari aspek sistematika penyusunan entri kosakata dalam kamus konvensional secara garis besar menunjukkan bahwa kamus memiliki 2 sistem (kamus lafal dan kamus makna).
Kini, seiring dengan perkembangan teknologi modern, kamus tidak hanya dalam bentuk buku, tapi juga bisa dalam bentuk software, aplikasi atau file. Begitu juga sistem penyusunan kamus elektronik tidak hanya 2 sistem, tapi bisa beraneka ragam tergantung fitur yang didesain para pengembang (developer) software.
Istilah “Kamus Elektronik” mungkin saja baru populer seiring munculnya term lain seperti: e-Learning, e-Edukasi, e-Book, termasuk juga e-Dictionary. Dalam bahasa Indonesia, istilah “E-Kamus” belum populer, meski dalam bahasa Inggris, term “e-Dictionary” telah banyak disebut untuk menyebut kamus versi elektronik. Sedangkan dalam bahasa Arab, term (المعجم الإلكتروني) telah dikenal seiring dengan perkembangan produk teknologi modern yang merambah di dunia pendidikan, baik berupa piranti keras (hardware) maupun piranti lunak (software).
Yang sering disalah pahami, bahwa huruf “e” sering dimaknai internet. Boleh jadi, pemahaman ini terpengaruh dengan lambang “e” dalam Internet Explorer (Browser milik Windows) yang sejak begitu populer digunakan berselancar di jaringan internet. Padahal, huruf “e” berarti elektronik atau perangkat keras yang operasionalisasinya harus juga didukung software atau program tertentu.
Jadi, penambahan kata “elekteronik” ini untuk membedakan antara kamus elekteronik yang berupa software (piranti) dengan kamus versi cetak (konvensional) yang berupa buku (piranti keras). Lalu, apa hakekat dari kamus elektronik dan bagaimana bentuknya?
Kamus Elektronik (E-Kamus) adalah kamus digital yang bentuknya berupa software atau aplikasi. “E-Kamus’ bisa berbentuk software yang perlu diinstal dikomputer (berbasis komputer), atau diletakkan di laman (halaman) website, atau beruapa aplikasi yang kini dapat dioperasikan melalui perangkat mobile seperti ponsel, tablet, dan sebagainya.

Berdasarkan bentuknya, penulis membagi kamus elektronik menjadi 3 bagian. Yaitu:

1-   Software Kamus; yaitu kamus elektronik dalam bentuk software yang harus diinstal terlebih dahulu di dalam perangkat komputer yang memiliki OS (Operation System) yang kompatibel bisa menjalankan software kamus tersebut. Namun, dalam perkembangan terakhir, software kamus ini banyak yang dikembangkan bersifat portable (tanpa diinstal di dalam komputer), cukup tersimpan di Flash Disk, misalnya. Di pasaran, software kamus ada yang gratis (freeware), namun yang bagus adalah yang berbayar.
2- Kamus Website; yaitu kamus elektronik berupa laman website yang untuk operasionalisasinya membutuhkan koneksi internet.
3-    Kamus Mobile; yaitu kamus elektronik yang identik dengan ponsel pintar. Kini, operasi sistem ponsel sedang dikuasai Google dengan Android-nya. Platform OS bernama Android telah mengkudeta OS Symbian yang dulu populer bersama Nokia, produsen ponsel asal Finlandia. Bahkan, Windows Mobile milik MS Windows atau IOS milik Apple belum mampu menandingi Android. Oleh karena itu, di dalam buku ini, penulis lebih menfokuskan kamus mobile yang mamakai sistem Android.

KAMUS ELEKTRONIK DAN E-LEARNING
Perkembangan teknologi di bidang pendidikan telah memiliki ruang ilmu sendiri yang disebut “Teknologi Pendidikan” (TEP). Terkait dengan TEP ini, lalu muncul e-Learning sebagai metode pengembangan TEB dalam proses belajar-mengajar. e-Learning tidak hanya berhubungan dengan internet, meski realitasnya koneksi internet di era globalisasi saat ini. E-Learning sebenarnya suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar.
E-Learning memiliki 4 karakter, yaitu: (1) memanfaatkan jasa teknologi, (2) memanfaatkan keunggulan media elektronik, (3) menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan (4) memanfatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil belajar dan hal-hal lain yang terkait administrasi pendidikan yang itu semua dapat dilihat dalam piranti lunak dan keras.
Kini, sistem e-Learning mulai dikembangkan dan dipraktekkan di berbagai lembaga pendidikan. Di masa depan, sangat mungkin e-Learning mampu menggeser model pendidikan konvensional. Hal sama juga terjadi pada media dan sumber belajar, dari buku menjadi e-book, dari kamus menjadi e-kamus, dari perpustakaan menjadi e-perpustakaan (e-library), dari jurnal menjadi e-journal, dan seterusnya.
Pergeseran itu dikarena perkembangan teknologi terus berkembang pesat dan manfaat e-Learning mulai dirasakan. Ada 4 manfaat e-Learning, yaitu:
1-  Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity)
2-    Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility)
3-  Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience)
4-     Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities)
Dalam pembelajaran bahasa Arab, sistem e-Learning juga mulai diterapkan. Ada banyak website, baik produk dalam maupun luar negeri yang menyediakan laman khusus untuk e-Learning Bahasa Arab. Trend ini dipandang sebagai kemajuan teknologi dan peminatnya semakin meningkat. Hal ini dibaca sebagai peluang oleh para pengembang software untuk mendesain bahan ajar berbasis elektronik, salah satunya adalah kamus elektronik.
STANDAR KAMUS ELEKTRONIK
Menurut Syihabuddin,  kriteria kamus ideal ada 4 standar, yaitu: lengkap, ringkas, cermat, mudah penjelasannya. Kelengkapan kamus mencakup banyak hal, antara lain: adanya simbol sendiri untuk pelafalan kosakata, definisi jelas dan mudah, penyajian kata dimulai dari kata dasar hingga bentukan kata yang kompleks, penyajian ungkapan dan istilah dipilih yang memiliki frekuensi pemakaiannya tinggi, ada informasi kebudayaan dan peradaban.
Dalam standarisasi kamus, yang terpenting, semua fungsi kamus terpenuhi, yaitu menjelaskan (1) makna kata atau syarah ma’na, (2) cara pelafalan kata atau bayan nutq, (3) huruf hijaiyah atau bayan hija’, (4) akar kata atau ta’shil isytiqaqi, (5) informasi morfologis dan sintaksis, (6) informasi penggunaan kata atau isti’mal, (7) dan informasi lain yang diperlukan terkait bahasa dan sebagainya.

Standarisasi yang dipakai untuk mengevaluasi kamus versi cetak, beberapa poin yang terkait subtansi kamus, bisa diterapkan untuk mengukur kamus elektronik. Namun sebenarnya, standar untuk kamus elektronik bisa lebih banyak. Untuk melihat baik tidaknya software, misalnya, ia kompatibel untuk semua sistem operasional gadget dari yang versi lama hingga baru. Tampilan (interface) kamus elektronik diusahakan menarik, mudah penggunaannya, lengkap fiturnya.
Berbincang tentang fitur sebuah software, hampir setiap tahun selalu muncul inovasi baru terkait dengan pesatntya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Misalnya, kamus elektronik sudah terhubung dengan media sosial, hasil terjemahan bisa disimpan dan dibagikan, kamus elektronik tidak hanya bilingual apalagi monolingual tapi sudah multilingual. Dalam versi elektronik, kamus bisa dilengkapi fitur text to speech dan sebaliknya sebagai ganti navite speaker.
Intinya, standar kamus elektronik harus lengkap, cepat, mudah, praktis, menarik dan murah. Satu hal lagi, menurut penulis, kelebihan kamus elektronik dibanding kamus konvensional. Yaitu, kemudahan bagi pengembang untuk merevisi dan meng-update database kamus elektronik sehingga isi, fitur dan performance kamus selalu baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat pengguna kamus elektronik.
Kemudahan merevisi kamus itu, penulis rasa sulit diterapkan untuk kamus versi cetak. Sebab, untuk merevisi dan menambah entri kata, tidak mudah. Perlu waktu dan juga biaya cetak. Lain halnya dengan kamus elektronik, apalagi kamus berbasis website, proses update data bisa dilakukan cepat dan relatif lebih murah. Oleh karena, jika ada kamus elektronik “ketinggalan zaman”, maka kamus itu bisa dikatakan “ketinggalan zaman” dan akan ditinggalkan oleh pengguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar